Oleh Theo Nugraha.
Editor Nia Miranti
Memasuki bangku kuliah saat semester pertama
saya melihat banyak sekali cewek-cewek di kelas yang bening-bening kayak kaca
spion. Tapi itu tidak membuat saya tergiur. Kenapa ? karena saya baru saja
putus sama mantan saya kemarin.
Tapi karena
wajah saya yang pas-pasan, banyak yang menganggap saya tak pernah pacaran.
Padahal saya cukup laku kok. Nyatanya kalau saya pulang saat subuh, banyak
banci-banci yang teriak-teriak memanggil saya.
“ mas, ayo mas,
gratis “
“ sialan, coba
bilang dari tadi kek “
Atau pernah
temen saya bertanya
“ The, kamu
pernah punya mantan gak? “
“ pernah “
“ kasihan dia “
“ ....”
Asal kalian tahu
ya, saya juga pernah punya mantan walaupun cuma sekali. Sebelum menceritakan
mantan saya, alangkah baiknya saya mengenalkan diri dulu.
Nama : Theo Nugraha
Pekerjaan :
Tukang Tidur
Hobby : Terkunci
di WC
Ok, ini dia
ceritanya, awalnya dulu waktu kelas empat SD, saya dapat salam dari seorang teman.
“The, ada yang suka sama kamu tuh,” katanya. “Dia dulu se-TK sama kamu. Namanya
Bella. Nama panjangnya Bella di celana,” ujar temen saya. Ya, karena dulu masih
SD, masih unyu, masih polos, makan masih pakai piring gak pakai gelas. Akhirnya saya terima aja.
Akhirnya kami
pacaran. Pacaran yang gak pernah
ketemu. Pacaran yang cuma minta salamkan. Sampai akhirnya kami lupa sendiri kalau
kami pernah pacaran. Tapi pada masa itu kelihatan indah banget buat kami.
Duile.
Menginjak kelas
tiga SMA, waktu lagi nulis status di facebook (saat itu belum kenal twitter)
saya gak sengaja ketemu dia lagi di
dunia maya. Akhirnya saya menyapa dia kembali. Alhasil, kita bertukar nomor hape melalui chat facebook. Untung kami
tidak bertukar jati diri saat itu.
“ Wah, Theo
masih ingat ya? “
“ Masih, kalau
gak salah dulu TK kita pernah pacaran kan ? “
“ Iya, tapikan
itu dulu “
Tapi, setelah
melalui banyak pembicaraan lewat telpon dan sms. Juga kadang bertemu terus
jalan-jalan santai akhirnya kami pacaran (lagi). Kali ini bisa dibilang pacaran
beneran. Kalau dipikir-pikir cerita saya sudah kaya film -film korea. Di mana
cinta lamanya bertemu kembali tapi akhirnya berakhir sedih karena cowoknya
lebih menyukai sesama jenis. Apaan ini !!!
Bella, lebih muda setahun dari saya. Dia kelas
dua sedangkan saya kelas tiga. tapi karena muka saya boros. Dia terlihat jalan
sama tukang ojek kalau jalan sama saya.
Wajahnya seperti
personel Cherrybelle sedangkan saya seperti cherry busuk. Tapi itu tidak
membuat dia malu. Dia menerima saya apa adanya, sedangkan saya menerima dia
karena sering traktir saya. Impas lah sudah.
Memasuki awal-awal
pacaran. Kami bahagia sekali. Saya serasa ada yang memerhatikan. Begitu juga
dia. Kami juga sering main gombal-gombalan.
“ bapak kamu
kerja dibengkel ya “
“ kok tau ? “
“ pantas mukamu
kaya oli “
Akhirnya saya
sukses dimusuhi selama seminggu. Sebenarnya saya terjangkit virus gombal bapak
kamu itu dari adek semata wayang saya. Ceritanya pas saya baru pulang ke rumah
dari sekolah. Sang adek sudah ada berkacak pinggang di depan pintu sambil
berkata.
“ Theo, Bapakmu,
Bapakku juga ya? “
“ kok tau “
kesimpulannya
adek dan kakak sama bodohnya…
Tapi si Bella
gak lama kok ngambeknya buktinya minggu depannya kami jalan-jalan ke mal. Dan
layaknya orang pacaran. Dia peluk saya dengan erat di setiap perjalanan kami.
Saya juga gak mau kalah, akhirnya
saya peluk motor saya dan akhirnya kami jatuh.
Setelah
mendirikan motor yang jatuh diakibatkan kebodohan saya. Kami memulai perjalanan
kembali. Di perjalanan dia memulai pembicaraan.
“ Yank, siapa
sih cewek yang pertama kali kamu bonceng? “
“ Ya, kamulah “
“ ah, kamu… (sambil
mencubit saya)“
“ kamu juga ah,
sambil membalas cubitan dia “
‘dan akhirnya
motor kami jatuh lagi karena sibuk main cubit-cubitan \m/
Sesampai di mal
saya suruh dia pegang handphone saya sambil berkata
“ fotokan aku
dong “
“ buat apa?“
“ buat lihatkan
anak-anak kita, ini loh foto bapaknya masih muda “
Dan sepanjang koridor
mal dia selalu berkata I love u. Saya
juga membalas I love u too sambil
menatap cewek-cewek cantik yang lain.
Saat memasuki lantai
tiga mal. Dia masih menggandeng saya dengan erat. Jujur saya bingung sekaligus
gugup. Akhirnya saya membalasnya. Dengan menggandengnya dengan erat tapi dia
menyadarkan saya kalau saya salah gandeng. Yang saya gandeng bukan dia.
Melainkan satpam di mal.
Di lantai tiga. kami
memilih untuk nonton film Indonesia. Bukan, bukan karena kami suka film Indonesia.
Melainkan Cuma film ini yang tidak antre. Kami tidak menonton film hantu
Karena banyak
adegan joroknya. Saya takut dia terabaikan. Dan saya bisa ketahuan kalau
sebenarnya mesum.
Saat memasuki
bioskop yang gelap itu saya sengaja bawa senter. Tapi kemudian ditegur pacar
saya katanya kamu itu bikin malu aja. “Kenapa gak sekalian bawa tenda aja biar
kita kemping,” tanyanya. “Aku malas kemping di sini,” ujarku. “Kenapa?” tanyanya
lagi. “Ya, lebih baik aku kemping di hati kamu,” gombal saya. “So sweet,”
ujarnya sambil tersipu. Kemudian terdengar suara orang muntah sebioskop.
Tidak lama dia
berkata
“ kenapa kita
tidak duduk ditengah “
“kenapa ? kamu
gak suka duduk di ujung“
“gak sih, emang kenapa duduk di ujung?“
“ supaya gak
muntah aja, aku takut mabuk “
“Kenapa gak
sekalian duduk depan aja. Kamu kira kita naik bus?”
Tidak lama film dimainkan.
Dan sudah memasuki pertengahan film. Sebenarnya saya sengaja bawa dia ke
bioskop untuk dapat ciuman dari dia. Tapi, bagaimana mau dapat ciuman dari dia.
Kalau film yang kami saksikan “ emak pengen naik haji.
“gagal total “
Sebenarnya bukan
Cuma itu pengalaman yang saya ingat. Dulu juga waktu kami janjian mau makan
siang. Dia lama banget datangnya. Saya sudah menghabiskan tiga teh es sekaligus
air kobokan. Akhirnya setelah saya telusuri. Ternyata dia kecelakaan di tengah
jalan menuju tempat dimana kita janji untuk makan siang.
Kamu kenapa?
ujar saya. Tapi bukannya dia menjawab. Eh, dia malah pingsan. Dan saya sebagai
pacarnya bukannya nolong dia. Malah saya biarkan dia pingsan di tengah jalan.
Sampai akhirnya warga yang menolongnya dan membawanya ke tepi sumur. Eh, ke tepi
jalan.
Majikannya ya
mas? kata penduduk setempat. Sialan pacar saya tuh kata saya di sela-sela
kegugupan. Akhirnya dia siuman dan dia jemput papahnya naik mobilnya untuk
pulang. Sedangkan motornya diiklaskan aja buat penduduk setempat. Ya, gak lah
ada kakaknya yang ambil.
Bukan Cuma itu
yang saya ingat.
Dulu juga waktu
berduaan bersamanya. Saya bermain gitar dan dia disamping saya dengan terpaksa
mendengarkan. Saya memainkan lagu secondhand serenade – your call. Dan tentunya tanpa nyanyian. Saya tak ingin membuatnya
pingsan untuk kedua kalinya.
Tidak lama saat
saya memainkan lagu, dia memotongnya dengan perkataan “ suka “
“ suka ? suka
sama permainan gitarku ? “
“ bukan, sama
lagunya “
“ oh “
Saya memang
selalu gagal romantis.
Semakin lama, semakin
tidak harmonis. Saya didiamkan selama dua bulan tanpa kabar atau kepastian.
Saya bingung. Saya ini masih pacarnya atau tidak. Saya sedih bukan karena saya
didiemin tapi gara-gara pacaran sama dia, saya berani menolak Nikita Mirzani.
Sampai akhirnya
setelah menunggu kepastian kami masih pacaran atau tidak. Akhirnya saya dapat
kabar kalau kami harus mengakhiri hubungan ini. Tentu sebagai manusia saya
sedih. Saya masih ingat saat itu saya berada di rumah temen. Temen-temen saya
asyik berteriak–ria sambil nonton bola. Sedangkan saya sibuk di pojokan dengan
hati yang kalut. Tidak lama air mata jatuh. Saya menangis. Saya sadar itu. Saya
merasa gagal sebagai cowok karena mengeluarkan air mata. Tapi kalau itu membuat
saya lebih baik, kenapa tidak.
Bagi cewek-cewek
yang baca. Seorang cowok sampai menangisi kepergianmu itu bukan karena dia
cengeng tapi itu langkah terakhir untuk membuatmu kembali.
Paginya saya
pulang ke rumah dengan tertunduk lesu. Ibu saya memerhatikan itu. Lalu dia
berkata kenapa kamu menunduk murung? Ada uang jatuh ya? Saya tidak menggubris perkataan
itu. Yang saya tahu aku langsung masuk ke kamar dan membanting pintu itu kuat –
kuat. Praaak suara pintu itu say banting. Tapi gak sampai tiga detik saya membuka pintu itu lagi karena tangan saya
terjepit lalu saya tutup pintu itu lagi, kali ini pelan-pelan.
“ tok – tok “
“ siapa “
“ sayang, kenapa
kamu langsung masuk kamar? cerita dong sama mama “
“ gak mau,
pokoknya Theo gak mau keluar, gak mau mandi tapi mau makan “
“ kamu kenapa
sih sayang? cerita dong sama mama “
Akhirnya saya
keluar kamar dan menceritakan keluh kesalku. Ibu saya berkata itu adalah hal
yang wajar. Jangan terlalu disesali. Masih banyak kok cewek yang sial yang mau
jadi pacarmu kelak. Dan aku mengangguk dengan mantap. Dan mulai memuliakan diri
atau bahasa gaulnya move on.
Nah, makanya di
bangku kuliah ini saya gak mau cepat-cepat cari pacar. Saya masih belum siap
untuk patah hati kembali. Bukankah move
on itu bukan sesuatu paksaan. Ketimbang move
on sama orang yang salah.
Tapi tidak lama
ada sesosok wanita dengan berambut ikal memasuki kelas dengan bak bidadari
nyasar di pasar. Siapa cewek itu ? kok saya penasaran sama dia. Apakah ini yang
disebut jatuh cinta pada pandangan pertama atau dia kah sosok yang tepat untuk membuat
saya move on. Mungkin betul kata ibu saya. Sepertinya dia cewek sial yang
berikutnya.